Banyuwangi | Masa operasional tambang emas terbuka di Gunung Tumpang Pitu, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, dipastikan akan berlanjut hingga tahun 2032. Tambang yang dikelola oleh PT Merdeka Copper Gold ini telah menghasilkan lebih dari 1 juta ounce emas sejak beroperasi pada 2017 dan akan terus mengoptimalkan potensi tambang konvensionalnya selama tujuh tahun ke depan.
GM Corporate Communication PT Merdeka Copper Gold, Tom Malik, mengungkapkan bahwa perkiraan awal masa operasional hanya sampai 2024. Namun, berkat penemuan cadangan baru, jangka waktu ini diperpanjang secara bertahap. Cadangan pertama ditemukan dan dapat diproduksi hingga 2029, lalu cadangan lain yang bisa dioptimalkan sampai 2032. “Tambang terbuka saat ini masih beroperasi sampai 2032,” ujar Tom.
Selama potensi tambang terbuka masih ada, perusahaan akan mengoptimalkannya. Tahun ini, PT Merdeka Copper Gold menargetkan produksi lebih dari 100.000 ounce emas dari area tambang seluas 992 hektare. Tom menjelaskan, eksplorasi lanjutan merupakan hal yang lazim dilakukan untuk menemukan cadangan baru di area sekitar. “Begitu eksploitasi sudah selesai, kami lakukan eksplorasi lanjutan. Kalau ada kandungan, kita lanjutkan produksi,” terangnya.
Selain tambang terbuka, PT Merdeka Copper Gold juga sedang mengembangkan proyek tambang bawah tanah (underground mining). Sejak 2018, perusahaan telah membangun terowongan sepanjang 2 kilometer dengan kedalaman sekitar 90 meter. Proyek ini berfokus pada pencarian kandungan tembaga.
Tom menjelaskan bahwa proyek tambang bawah tanah ini akan mempermudah akses ke lokasi cadangan tembaga yang diperkirakan mencapai 8,2 juta ton tembaga dan 27,9 juta ounce emas. Namun, pengembangan ini memerlukan studi mendalam, terutama terkait aspek keselamatan.
“Studinya sangat panjang. Kami harus memastikan eksplorasi ini dilakukan dengan aman dan ekonomis, karena risiko keselamatan di bawah tanah sangat tinggi,” kata Tom.
PT Merdeka Copper Gold telah memberikan kontribusi sebesar USD354 juta kepada negara. Meski laporan eksplorasi sudah tersedia, proyek tambang bawah tanah masih dalam tahap teknis dan memerlukan persetujuan pemerintah.
Tom menambahkan, risiko kecelakaan seperti terowongan runtuh menjadi perhatian utama, apalagi lokasi tambang berada di dekat pantai. “Perusahaan berkomitmen meminimalkan semua potensi risiko dengan melakukan studi menyeluruh,” tutupnya.