Banyuwangi | Siapa sangka, di tengah hiruk pikuk aktivitas pertambangan emas, justru tersimpan sebuah kejutan alam yang membanggakan. Gunung Tumpang Pitu, lokasi operasional PT Bumi Suksesindo (PT BSI), anak perusahaan PT Merdeka Copper Gold Tbk, kini menjadi rumah bagi satwa langka yang ikonik: Elang Jawa (Nisaetus Bartelsi).
Fenomena ini sungguh tak terduga. Pasalnya, sebelum kehadiran PT BSI, burung pemangsa gagah yang menjadi maskot nasional ini tak pernah terdeteksi keberadaannya di kawasan tersebut. Lalu, apa yang membuat Elang Jawa tertarik untuk bermukim di jantung area tambang emas di Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi, Jawa Timur ini?
Jawabannya terletak pada komitmen kuat PT BSI dalam menjaga harmoni dengan alam. Perusahaan ini menerapkan praktik pertambangan yang bertanggung jawab, di mana pembukaan lahan dilakukan secara terukur sesuai kebutuhan operasional. Lebih dari itu, lahan-lahan yang telah selesai dieksploitasi segera direklamasi, ditransformasi kembali menjadi kawasan hijau yang berpotensi menjadi habitat alami.
Setiawan, staf pemantauan dari Departemen Lingkungan PT BSI, mengungkapkan kebanggaannya atas temuan ini. “Dari sekitar 350 jenis fauna yang kami catat di area operasi PT BSI di Tujuh Bukit (Tumpang Pitu), kehadiran Elang Jawa menjadi sorotan utama. Ini membuktikan bahwa kegiatan pertambangan dapat berjalan beriringan dengan upaya pelestarian lingkungan,” ujarnya.
Keberadaan Elang Jawa di Tumpang Pitu menjadi bukti nyata bahwa narasi negatif tentang pertambangan dan kerusakan lingkungan tidak selalu benar. Dengan pengelolaan yang tepat dan komitmen yang kuat, area pertambangan justru dapat menciptakan lingkungan yang kondusif bagi keanekaragaman hayati, bahkan menjadi surga tersembunyi bagi satwa-satwa langka.
Temuan ini tidak hanya menjadi kabar baik bagi dunia konservasi, tetapi juga menjadi inspirasi bahwa pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan dapat berjalan seiring. PT BSI telah membuktikan bahwa “emas” tidak hanya bernilai materi, tetapi juga bernilai ekologis yang tak ternilai harganya. Keberadaan Elang Jawa di Tumpang Pitu adalah “harta karun” yang sesungguhnya.
“Elang Jawa aktif mencari makan pada siang hari. Jadi, jika pada pagi buta dan sore mereka terlihat di suatu lokasi, besar kemungkinan itulah tempat tinggalnya,” ujar Setiawan, Selasa (8/4/2025). Meskipun belum menemukan sarang, diyakini bahwa area tersebut telah menjadi habitat tetap Elang Jawa. Kehadiran rutin di kawasan operasi tambang emas PT BSI menunjukkan bahwa spesies tersebut merasa aman dan nyaman.
“Kami terus melakukan pemantauan terhadap flora dan fauna di kawasan Tujuh Bukit hingga hari ini,” tambah Setiawan. Dijabarkan, sejak tahun 2015 atau sebelum beroperasi, PT BSI melalui Departemen Lingkungan telah melakukan Studi Rona Awal (Baseline Study) untuk mendata keanekaragaman hayati di gunung Tumpang Pitu. Dalam pelaksanaannya, perusahaan melibatkan pakar, akademisi dan Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), guna memastikan hasil studi yang objektif dan komprehensif.
Pemantauan flora dan fauna dilakukan secara berkala untuk memperbarui data dari studi awal. “Kegiatan ini akan terus berlangsung hingga perusahaan menyelesaikan seluruh tahap operasionalnya, termasuk pasca tambang,” jelas Setiawan.
Elang Jawa bukan satu-satunya fauna yang hidup nyaman di sekitar area operasi tambang emas PT BSI. Studi keanekaragaman hayati mencatat keberadaan sekitar 350 jenis fauna lain. Termasuk Lutung Jawa, Makaka, Merak Hijau, Rangkong Badak, Babi Hutan, Kijang Muntjac, Kukang Jawa, Kucing Hutan dan Binturong.
Sebagai bagian dari komitmen lingkungan, PT BSI juga membentuk program perlindungan keanekaragaman hayati di area operasi Tujuh Bukit. Program ini disosialisasikan secara berkelanjutan kepada seluruh karyawan dan mitra kerja melalui berbagai media. Misal melalui induksi kerja, rambu-rambu dan poster. Serta melalui aksi nyata, seperti inspeksi lingkungan rutin dan peringatan Hari Lingkungan Hidup setiap tahun.
Selain itu, PT BSI juga menjalankan langkah-langkah preventif, antara lain menetapkan area penyangga (Buffer Zone) untuk konservasi. Menyelamatkan benih dan bibit pohon lokal untuk program reklamasi. Meminimalkan penebangan pohon induk yang memiliki fungsi ekologis. Membatasi pembukaan hutan hanya untuk kepentingan operasional serta melakukan patroli dan pengamanan hutan secara berkala.
“Seluruh program ini merupakan upaya kami untuk memastikan keanekaragaman hayati di Tujuh Bukit tetap terjaga, bahkan setelah tambang berhenti beroperasi,” ujarnya.Keberadaan ratusan jenis satwa di kawasan tambang emas PT BSI menunjukkan bahwa keseimbangan ekosistem di Tujuh Bukit masih terjaga dengan baik. (*)