Banyuwangi | Dunia para penghobi batu akik di Banyuwangi kembali menemukan denyutnya. Sebuah komunitas penggemar dan kolektor batu pirus dengan nama Mars Banyuwangi resmi berdiri pada Minggu, 1 Juni 2025.
Menariknya, tanggal tersebut sengaja dipilih oleh para kolektor dan penggemar batu Pirus karena bertepatan dengan Hari Lahir Pancasila. Sekaligus sebagai simbol semangat kebersamaan dan nilai-nilai kebangsaan yang ingin dijunjung oleh komunitas ini.
“Mars Banyuwangi merupakan perpanjangan tangan dari Pirus Indonesia, dengan status sebagai chapter resmi di wilayah ujung timur Pulau Jawa.” kata Ketua komunitas Mars Banyuwangi, Aditya Ruli Delianto, S.H., M.Kn
Aditya menjelaskan jika komunitas ini lahir dari semangat kolektif para pecinta batu pirus yang ingin menjadikan hobi mereka tidak hanya sebagai bentuk ekspresi estetika. Namun juga sebagai gerakan ekonomi kreatif. Untuk koleksi, Aditya mengatakan anggota Mars Banyuwangi memiliki berbagai jenis batu pirus yang berasal dari berbagai belahan dunia.
Beberapa di antaranya yang menjadi favorit adalah Pirus Bisbee dari Amerika Serikat dengan warna biru tua tajam kemudian Pirus Persia yang dikenal lewat sebutan biru Persia atau biru telur burung robin, serta Pirus Mesir, Pirus China, dan Pirus Nevada.
“Jenis-jenis pirus dengan pola jaring laba-laba atau spiderweb juga menjadi incaran karena keunikan matriks hitam yang membentuk pola seperti renda. Batu dengan karakteristik ini bahkan memiliki nilai jual premium di kalangan kolektor internasional.”imbuhnya.
Pria yang juga berprofesi sebagai notaris itu menambahkan, komunitas Mars Banyuwangi tak hanya digerakkan oleh para kolektor. Tetapi juga diikuti dari berbagai kalangan profesional. Saat ini Mars Banyuwangi memiliki struktur organisasi lengkap dengan pengurus inti dan ratusan anggota yang tersebar di delapan wilayah di Kabupaten Banyuwangi.
“Di jajaran pembina, tercatat nama Drs. Fajar Susanto, Ketua APERSI (Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia), serta Ainur Rofiq, mantan manajer Anas Foundation. Selain itu, tokoh birokrasi seperti Agus Syeh dari Dinas Perizinan turut memperkuat struktur kepengurusan.”imbuhnya.
Hobi batu pirus bagi anggota Mars Banyuwangi menurut Aditya bukan sekadar koleksi. Tetapi sebagai medium memperkuat silaturahmi, berbagi pengetahuan, serta menghidupkan ekonomi kreatif lokal. Banyak pengrajin dan penjual batu akik yang kembali bergairah setelah menemukan pasar lewat jejaring komunitas ini.
“Pirus bukan hanya keindahan dalam bentuk batu, tetapi juga jembatan untuk membangun relasi dan menghidupkan potensi ekonomi masyarakat,” jelasnya.
Untuk memperkuat eksistensi komunitas, Mars Banyuwangi telah menyusun program kegiatan berjenjang. Di jangka pendek, mereka rutin menggelar pertemuan setiap malam Minggu di Gedung Wanita serta pameran di Car Free Day (CFD) setiap Minggu pagi di Taman Blambangan.
“Agenda menengah mencakup pameran antar wilayah sebulan sekali yang digelar di aula kecamatan, serta lomba latber empat bulanan antar wilayah. Sedangkan dalam jangka panjang, Mars Banyuwangi menargetkan bisa menggelar event berskala nasional, mengundang kolektor dan komunitas dari berbagai daerah di Indonesia” pungkas notaris yang aktif menggelar kegiatan sosial itu.(*)