single-bn

Warga Desa Kemiren Gelar Tradisi Tumpeng Sewu

Admin - Senin, 10 Juni 2024 12:31 WIB

Warga menyantap sajian yang disuguhkan dalam ritual adat Tumpeng Sewu (foto: istimewa)
Warga menyantap sajian yang disuguhkan dalam ritual adat Tumpeng Sewu (foto: istimewa)

Banyuwangi | Suku Osing di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi menggelar ritual adat Tumpeng Sewu, Minggu, (9/6/2024) malam. Tradisi turun temurun ini digelar seminggu sebelum Idul Adha. Ritual Tumpeng Sewu dilakunan dengan makan bersama seribu tumpeng yang di gelar sepanjang jalan Desa Kemiren.

Sejak pukul 18.00 WIB, jalan menuju Desa Adat Kemiren telah ditutup dari arus lalu lintas. Semua warga yang hendak menuju desa ini harus berjalan kaki untuk menghormati tradisi adat ini.

Warga menyuguhkan ribuan tumpeng di sepanjang jalan. Tumpeng dilengkapi lauk khas suku Osing, pecel pithik dan berbagai sayur lalapan. Pecel pitik merupakan olahan ayam kampung panggang atau dibakar dan diberikan parutan kelapa dengan bumbu khas Osing. Menu ini wajib ada dalam setiap tumpeng.

Wisatawan asal Perancis Ricky Levaue, mengatakan, dirinya sangat berkesan melihat semangat gotong royong warga menyiapkan selamatan tersebut.

“I’m amazed. Saya tidak pernah menemukan kebersamaan seperti ini di negara negara lain yang pernah saya kunjungi. Ini sungguh menyenangkan,” jelasnya.

Ritual ini dimulai usai salat Magrib. Warga dan pengunjung duduk dengan tertib bersila di atas tikar dan alas duduk lain yang gelar di jalan depan rumah-rumah warga.

Suasana guyub dan kebersamaan sangat terasa meski saat banyak di antara mereka yang baru pertama kali bertemu. Mereka hanyut dengan suasana keakraban yang penuh kebersamaan dan kesenangan.

“Aroma lezatnya menggugah selera. Lebih nikmat karena menyantap bersama warga di samping temaram cahaya obor,” kata Muntaha, wisatawan asal Solo.

Ritual ini diawali iring-iringan barong cilik dan barong lancing melintasi jalan desa. Mereka melakukan Ider Bumi. Barong diarak dari dua sisi timur dan bara dan bertemu di depan Balai Desa Kemiren. Setelah itu, dilakukan doa bersama agar dijauhkan dari segala bencana dan sumber penyakit.

Pagi sebelum tradisi Tumpeng Sewu, warga melakukan mepe kasur. Dalam tradisi ini juga digelar Mocoan Lontar Yusup semalam suntuk. Rangkaian ritual ini merupakan selamatan tolak bala.

“Ini merupakan wujud syukur kami kepada Tuhan, dan doa agar kami selalu diberi keselamatan dan dihindari dari bala,” tutur Kepala Desa Kemiren, Muhammad Arifin.

Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengatakan tradisi dan budaya turun-temurun di Banyuwangi terus tumbuh dan berkembang, hingga menjadi atraksi wisata yang diminati wisatawan.

Saat ini, lanjutnya banyak travel agent yang membuat paket-paket wisata yang memasukkan atraksi budaya sebagai salah satu destinasinya, salah satunya Tumpeng Sewu.

“Kekhasan semacam ini banyak diminati wisatawan. Wisata tradisi ini juga bisa memperpanjang lama tinggal wisatawan di Banyuwangi,” ujarnya.

Desa Kemiren tahun ini masuk 50 besar dalam ajang Anugrah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2024. Nilai luhur tradisi dan budaya tersebut menjadi salah satu penilaian penting dalam kontestasi ADWI 2024. 

Tag Terkait

Bagikan

Rekomendasi

Terkini

Iklan Kiri
Iklan Kiri