single-bn

Diskominfo Banyuwangi Sharing Pengelolaan Informasi Wisata ke Sleman

Admin - Sabtu, 20 Juli 2024 09:08 WIB

Kepala Dinas Komunikasi Informatika dan Persandian (Kadis Kominfo) Banyuwangi, Jawa Timur, Budi Santoso memberikan sambutan saat study best practice ke Kabupaten Sleman Selasa (18/7/2024)
Kepala Dinas Komunikasi Informatika dan Persandian (Kadis Kominfo) Banyuwangi, Jawa Timur, Budi Santoso memberikan sambutan saat study best practice ke Kabupaten Sleman Selasa (18/7/2024)

Banyuwangi | Pariwisata Banyuwangi yang terus berkembang membuat Pemkab Banyuwangi harus terus mengembangkan inovasi.

Selasa (16/7/2024) melalui Dinas Komunikasi Informasi dan Persandian Banyuwangi, Pemkab Banyuwangi bertukar materi inovasi pariwisata dengan Kabupaten Sleman.

Kegiatan bertajuk “Study Best Practice” itu dilaksanakan Pemkab Banyuwangi untuk mencari inovasi guna mendorong peningkatan pendapatan asli daerah melalui sektor Pariwisata. Bukan tanpa alasan, pada tahun 2023 Kabupaten Sleman berhasil mengumpulkan PAD sampai Rp.1,1 Triliun.

Dari angka itu, sekitar 31 persen di antaranya atau sekitar Rp 354 Milyar berasal dari sektor pariwisata. Inovasi yang dilakukan Sleman tersebut pun menarik perhatian Pemkab Banyuwangi.

Melalui kegiatan yang dilaksanakan Diskominfo, Pemkab menyerap beberapa metode inovasi yang dilakukan Kabupaten Sleman untuk bisa mengoptimalkan PAD dari Pariwisata. Kedatangan Diskominfo Banyuwangi pun tak sendirian. Mereka juga membawa puluhan jurnalis dari organisasi wartawan seperti PWI, IJTI dan AJI yang ada di Banyuwangi.

Perwakilan dari Banyuwangi ditemui langsung Asisten Bidang Administrasi Umum yang merangkap Plt Kadis Kominfo Sleman, Eka Surya Prihantoro. Hadir juga Kepala Dinas Pariwisata Sleman, Ishadi Zayid dan Kepala Bidang Informasi Komunikasi Publik (IKP) Diskominfo Sleman, Cicilia Lusiani.

Kepala Dinas Pariwisata Sleman, Ishadi Zayid mengatakan Kabupaten Sleman mengelola 7 candi dan wisata Gunung Merapi yang selama ini dikelola untuk Pariwisata. Termasuk untuk PAD Sleman. Akan tetapi, lokasi tersebut menurut Zayid memiliki keterbatasan. Untuk itu Sleman juga mengembangan konsep lain yang akhirnya juga cukup berkembang yaitu desa wisata.

Bagaimana desa-desa itu menjual budaya yang bisa menarik wisatawan sehingga mau tinggal lama dan menikmati wahana yang ada di sana. Sehingga menjadi tambahan PAD yang cukup lumayan. “Kita mendampingi mereka pengelola Desa Wisata. Kita datangkan pendamping selama beberapa bulan sampai desa tersebut bisa menjalankan peranya sebagai desa wisata,”kata Zayid

Support dari Pemkab Sleman sendiri tak hanya berkaitan dengan pendampingan teknis. Secara dukungan anggaran dan promosi juga didorong sehingga desa benar-benar bisa menarik wisatawan.

Untuk mengoptimalkan PAD. selain mengemas pariwisata menarik, kebocoran tax monitor juga harus terus diantisipasi. BPKAD dan Inspektorat menurutnya dilibatkan untuk rutin melakukan pengecekan. “Minimal bisa mengurangi kebocoran sehingga PAD bisa maksimal ,”jelasnya.

Zayid menambahkan, pariwisata tak hanya tentang PAD. Namun dia melihat, tolak ukur keberhasilan dalam pengelolaan wisata salahg satunya berhasil menggerakan ekonomi masyarakat terutama yang ada di desa wisata atau kawasan wisata. “Kita mulai melakukan pengembangan pariwisata tahun 200an. Sekarang ada 80 desa wisata12 desa mandiri, 17 desa maju dan 18 desa wisata berkembang, Sisanya masih merintis,”ungkapnya.

Sedang untuk publikasi, Kepala Bidang Informasi Komunikasi Publik (IKP) Diskominfo Sleman, Cicilia Lusiani menjelaskan bahwa mereka terus melibatkan awak media yang tergabung dalam PWI, SIWO dan Ikatan Wartawan Online dalam pengembangan pariwisata. Termasuk mengagendakan media tour baik di dalam maupun luar kota. “Jadi wartawan melihat proses dariu bawah sehingga mereka bisa menulis dengan sesuai kondisi di lapangan,” tegasnya.

Awak media dan Kominfo Banyuwangi saat mengunjungi Kabupaten Sleman, Selasa (18/7/2024)

Sementara itu, Kepala Dinas Komunikasi Informatika dan Persandian (Kadis Kominfo) Banyuwangi, Jawa Timur, Budi Santoso mengatakan Banyuwangi dan Sleman memiliki dinamika yang berbeda dalam memulai pengelolaan pariwisata. Sleman sejak awal sudah membawa nama besar Jogja sehingga bisa menopang pamornya terhadap kunjungan wisatawan.

Meski demikian, Sleman juga terus melakukan inovasi sehingga bisa meningkatkan PAD nya terutama dari sisi pariwisata. Hal itulah yang menurutnya akan coba dikembangkan di Banyuwangi. Salah satunya terkait Desa Wisata yang jumlahnya mencapai 80 desa di Sleman. “Semua desa wisata di Sleman memiliki ke khasan tersendiri. Sampai pengunjung rela membayar hanya demi ikut membersihkan kotoran kerbau. Ini mungkin yang harus kita coba di Banyuwangi,”kata Budi.

Salah satu kunci yang membuat desa wisata bisa terus berkembang menurut Budi adalah bagaimana Dinas Pariwisata terus mendampingi sampai desa tersebut bisa menjadi mandiri. Sehingga kemudian desa bisa menjadi penyumbang PAD sekaligus menggerakan ekonominya secara mandiri.

Terkait publikasi, Banyuwangi dan Sleman memiliki teknik yang berbeda. Namun, hal tersebut menurutnya menunjukan ciri khas tersendiri dengan tujuan yang sama yaitu efektifitas publikasi untuk mengangkat nama daerah. “Ada beberapa cara yang digunakan tadi. Termasuk melibatkan media secara langsung di desa-desa wisata,”pungkasnya.

Tag Terkait

Bagikan

Rekomendasi

Terkini

Iklan Kiri
Iklan Kiri